Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 21 Februari 2011

KH.AbDuLlAh GyMnAsTiAr ( AA GYM )

lahir pada 29 Januari 1962, hari Senin. Ayah saya, waktu saya lahir adalah seorang pemuda desa. Beliau merantau ke Bandung untuk melanjutkan
pendidikan, lalu menjadi tentara sesudah menikah dan memiliki anak. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa.

Saya sendiri lahir dan dibesarkan disebuah lingkungan militer. Tepatnya saya lahir disebuah mes tentara.Dari lingkungan seperti inilah saya dibentuk. Sejak kecil saya sudah mengenal makna kedisplinan. Misalnya saja saya harus tidak membunyikan sandal ketika berjalan. Juga saat saya menutup pintu atau sedangberada di ruang makan. Hal-hal itu layak dijalankan dengan penuh kedisplinan.

 
 

HUBUNGAN ANTAR SAUDARA

Ayah dan ibu sayalah yang mendidik saya untuk mengenal kedisplinan. Saya juga merasakan bahwa saya senantiasa dilatih untuk memegang kesetiaan. Bila saya dan adik-adik saya berkelahi, yang dihukum bukan satu orang tetapi semuanya. Mengapa? Ini lantaran anak laki-lakinya berjumlah tiga orang dan satu lagi seorang wanita.
Keadaan seperti itu sangat membekas di hati saya sehingga saya bersama saudara-saudara kandung saya sulit sekali berpisah. Saya mengalami kesulitan untuk jauh dari adik-adik saya. Maksud saya, jauh tidak secara fisik namun secara batin. Misalnya secara batiniah, saya tidak rela adik-adik saya tidak
memiliki rumah ataupun kendaraan. Saya dan adik-adik ada keterikatan batin yang sangat tinggi.

Namun demikian, saya dan adik-adik saya sangat menjaga harga diri masing-masing. Adik-adik saya tidak ada yang berani meminta sesuatu kepada saya. Ini lantaran, ya itu tadi, harga diri menjadi hal yang sangat ditekankan dalam menjalani hidup.
Inilah etika keluarga yang senantiasa kami junjung tinggi. Masing-masing dari kami sangat menghormati hubungan kami yang dilandasi tidak saling meminta.Keadaan seperti ini sungguh membekas didalam diri saya. Dan apa yang saya alami di dalam keluarga saya ini saya terapkan di lingkungan pesantren saya. Misalnya saja, suatu ketika anak saya terlambat
mendaftar untuk mengikuti pesantren kilat di DT. Saya pun tidak ingin memanfaatkan posisi saya agar anak saya diprioritaskan. Meskipun anak saya menangis, saya tetap tidak mau meminta anak saya diizinkan untuk
diterima.

PENDIDIKAN DAN BISNIS
Saya menempuh pendidikan sebagaimana anak-anak lain menempuhnya. Yaitu melalui SD Negeri, SMP Negeri 12 hingga SMA Negeri  di Bandung. Saya juga sempat kuliah di PAAP Unpad dan juga disebuah universitas yang sekarang bernama Unjani (Universitas Jendral Ahmad Yani). Di Unjani saya menempuh program sarjana muda.
Yang perlu saya ceritakan juga mengenai diri saya adalah sejak kecil saya suka berjualan.Pokoknya setiap ada acara disekolah misalnya, saya suka berjualan.
Yang ada dikepala saya waktu itu hanya satu kata: Bisnis. Begitu juga saat di SMA 5. Meskipun kata orang SMA 5 termasuk sekolah elite, saya tetap tidak
meninggalkan kesukaan saya berjualan. Waktu saya bersekolah di tinggat SMA itulah saya malah membuka taman bacaan dan mengkreditkan kaos ke teman-teman saya.

Ketika kuliah, saya juga tetap berbisnis. Kuliah saya di PAAP Unpad jebol gara-gara waktu itu saya mendapatkan order menyablon perlengkapan untuk
keperluan pemilu. Di kampus Unjani juga begitu. Pagi-pagi saya sudah berjualan roti. Roti yang saya jual saya gendong dengan menggunakan ransel. Saya bawa pakai sepeda. Waktu itu, saya menggunakan sepeda saat kuliah di Unjani. Dan pada siang harinya, saya memberikan les kepada anak-anak SMA. Waktu itu materi yang saya berikan adalah matematika dan bahasa Inggris. Dengan memberikan les ini, saya juga ikut belajar meningkatkan kemampuan saya di bidang yang saya ajarkan. Dan pada sore hari, saya membantu membungkusi kacang untuk menambah pemasukan.

Seluruh hasil kerja saya itu akhirnya membuahkan sesuatu. Saya kemudian dapat membeli mobil angkutan umum. Saya kadang menjadi sopir angkutan kota. Oh ya, bila ada acara wisuda, saya juga berjualan baterai dan film. Ini hasilnya lumayan. Selain itu, saya juga ngamen. Saya ngamen berkeliling dari satu rumah makan ke rumah makan yang lain. Saat saya memutuskan untuk
ngamen ini sebenarnya tujuan saya tidak mencari uang. Saya ingin berlatih dalam berhadapan dengan orang lain. Tapi ya lumayan juga mendapatkan uang.
 

Disamping aktif berjualan, di kampus saya aktif pula berorganisasi. Meskipun tubuh saya kecil, saya sering menjadi ketua. Waktu ikut resimen mahasiswa (menwa) di kampus, saya sempat menjadi komandan. Saya juga sempat
menjadi ketua senat mahasiswa. Lalu di bidang seni, saya juga menekuninya. Saya suka menyanyi, menggambar dan berpuisi. Sehingga di kampus kadang-kadang saya menjadi ketua yang kurang disukai. Mengapa? Ya lantaran, misalnya senat mengadakan lomba pidato, sayalah yang memenangkannya. Di lain waktu ada lomba mencipta lagu, saya lagi yang memenangkannya. Jadi di
kalangan teman-teman, saya sering dijuluki denga orang yang tidak mau setengah-setengah. Bila saya menginginkan sesuatu, saya akan memperjuangkan secara habis-habisan hingga meperoleh yang terbaik darinya.

Di segi prestasi akademik, alhamdulillah baik. Sejak kecil saya senantiasa masuk peringkat yang lumayan. Misalnya waktu SD, saya menjadi siswa berprestasi terbaik kedua dengan selisih hanya satu nilai dari sang juara. Dan ketika kuliah, nilai akademik saya tetap terjaga dengan baik sehingga saya sempat terpilih untuk mewakili kampus dalam pemilihan mahasiswa teladan. Ringkasnya, banyak prestasi yang saya buat di masa saya masih remaja dan beranjak sebagai pemuda.
BELAJAR KEPADA ADIK
Di rumah saya itu pulalah saya kemudian menjumpai adik saya yang nomer tida yang keadaan fisiknya lemah sekali. Dimasa kecilnya, adik saya itu diambil sumsum tulang belakangnya lantaran sakit. Kalau tak salah, sakit step. Jadi, adik saya itu katanya mengalami pengeringan sumsum. Perlahan sekali mata adik saya menjadi juling. Separuh tubuhnya kaku. Jalannya pun tidak normal, yaitu dengan menggeserkan tubuhnya.
Disinilah saya seperti menjumpai sebuah kehidupan yang lain daripada yang lain. Dibalik segala kelemahannya sebagai manusia saya melihat adik saya itu sebagai orang hebat. Diantara kita sekeluarga, adik saya itu paling shaleh. Pemahaman agamanya, menurut saya terbaik diantara kami sekeluarga. Dan yang paling mengherankan saya, dia itu bicaranya bagus. Pokoknya
berbobotlah.

Saya ini pernah menyabet juara pidato di kampus. Saya juga dikenal sebagai pembicara yang mampu mempengaruhi orang lain. Namun, bila dibandingkan dengan adik saya, saya kalah jauh. Kata-kata yang diucapkan adik saya
ini lebih bersih ketimbang kata-kata saya. Saya merasakan sekali adik saya ini memiliki daya gugah. Saya heran sekali tentang ini.

Pokoknya, kalau dia ngomong saya merasa kalah. Saya terus merenungkan tentang hal ini. Suatu ketika, dia memberikan nasihat yang sangat mengesankan saya. Kalau tak salah, dia berkata begini,"Aa itu tidak akan pernah bahagia, kecuali Aa mengenal dan mencintai Allah. Dan Aa tidak akan pernah mencapai kemuliaan yang hakiki, kecuali Aa mengenal dan meniru
Rasulullah".

Sayalah yang kemudian mengantar adik saya yang malah terus rajin kuliah di jurusan Ekonomi Unpad. Saya senantiasa menggendongnya untuk menuju ruang kuliahnya. Saya kemudian tidur satu kamar dengan adik saya ini. Dia tak kenal menyerah,padahal keadaannya terus melemah. Duduk pun sudah tidak bisa. Tangannya pun lama-kelamaan sudah susah bergerak. namun, semua
itu tidak menghalanginya untuk tidak tersenyum. Dia senantiasa menampakkan wajah yang ceria.
Jadi, dengan keadaan adik saya seperti itu saya bisa belajar banyak. Saya waktu itu dipuji sana-sini. Saya merasakan sekali bahwa adik saya tiu jauh lebih besar dari pada saya. Apa yang sudah saya capai tampak kecildibandingkan dengan kehidupan adik saya.
Shalat tajahud pun tidak pernah dilepasnya. Sayalahyang senantiasa menggendongnya bila kami berdua akankemesjid. Meskipun untuk bernapas sudah susah sekali,dia tetap mendisplinkan diri untuk ke mesjid. Sampaiakhirnya dia meninggal di pangkuan saya.
Dialah guru saya yang pertama. Guru pertama saya iniadalah seorang yang cacat, yang lumpuh, yang matanyajuling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bergerak. Lalu bagaimana mungkin saya meremehkan oranglain, bila guru saya sendiri lebih muda daripada sayadan seorang yang tidak berdaya? Ini merupakanpelajaran yang teramat berharga dari Allah SWT. 
Dari pengalaman berinteraksi dengan adik saya, yangmerupakan guru pertama saya, inilah saya kemudianmencari guru-guru yang lain. Jadi kalau masyarakat mau tahu bagaimana Allah membimbing saya, ya Dia berik kepada saya guru yang jauh lebih muda dari saya, orang yang lemah tak berdaya, orang yang cacat, lumpuh. Dan sekarang, kalau saya didengar oleh begitu banyak orang, saya berharap pahalanya diberikan kepada guru pertama saya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar